Diluar sana: terlalu banyak suara-suara yang sibuk mendiskusikan pilkada. Maka ijinkanlah saya untuk TIDAK menulis tentang hal-hal itu. Isyu-isyu itu terlalu “melelahkan” buat saya…
Alih-alih saya ingin menyuarakan sesuatu yang -mungkin- sedikit terlupakan oleh teman-teman blogger. Hmmm, saya hanya ingin memberikan sedikit saran yah….boleh? (boleh dong, ya?).
Ada titik kritis yang harus dilewati oleh seorang blogger pada saat menulis. Critical point di sini adalah saat-saat sebelum ia menyentuh/meng-klik tombol publish yang terletak di layar. Sesaat, sebelum ia mempublikasikan postingannya, ia (dalam bayangan saya) akan membaca ulang sekali lagi tulisannya. Mengecek kembali data-data dan validitas dari sumber-sumber yang ia kutip. Memperhatikan apakah tulisannya sudah cukup baik, layak ditampilkan dan tersebar di seluruh dunia (via internet).
Dengan kata lain, ada proses internalisasi yang cukup untuk berkaca dan bertanya: “Apakah yang sebetulnya ingin saya sampaikan pada dunia?”. Dalam hal ini, Anda harus mengingat bahwa Anda akan menuai apa yang Anda semai. Maksudnya, kalau hal-hal negatif yang Anda ingin Anda “muntahkan” di blog Anda, ada kemungkinan akan ada reaksi negatif yang akan menghampiri. Dan begitu juga sebaliknya (saya juga pengagum buku the Secret sih…).
Blog adalah sebuah medium pribadi. Ia adalah citra diri Anda di dunia maya. Dan sangat manusiawi, kalau Anda terkadang mengekspresikan kemarahan, kegelisahan dan kesedihan Anda disana. Tapi sebaiknya, hal ini dilakukan dengan cara yang tidak menyinggung orang lain (mungkin saya terlalu sopan yah?). Paling tidak, ada sebuah sikap kedewasaan yang bisa diekspresikan dalam penulisannya.
Entahlah, saya mungkin berpendapat bahwa menulis bukan hanya untuk menulis. Itu untuk sesama. Karena hidup lebih nikmat jika dijalani dalam kebersamaan dan bukan kesendirian…
Mungkin jika nanti ada pelatihan tentang blog, mungkin hal ini bisa menjadi hal penting yang harus diperhatikan.